Wednesday, December 31, 2008

Orang Kecil Orang Besar

Orang Kecil Orang Besar
Oleh : Mhd Wahyu NZ

Dadang, demikian nama kecil beliau. Yang sehari-harinya bertemu dengan banyak orang dengan bermacam rupa. Mang Dadang bukanlah seorang pejabat tinggi ataupun pengusaha yang memang harus selalu betemu dengan banyak orang untuk membangun lobi-lobi. Namun apa yang dilakukan oleh Mang Dadang juga bagian dari lobi untuk mencari penghasilan bagi keluarganya. Mang Dadang adalah sorang loper koran di salah satu pojok Kota Bandung.

Tumpukan koran dan tabloid selalu menjadi pemandangan wajib di tangannya dan beliau selalu berusaha untuk melobi orang-orang yang lalu lalang untuk membeli dagangannya. Kalau sudah begitu, mang Dadang tak kalah gaya dengan para pengusaha yang melobi sebagian pengambil kebijakan untuk membeli jasanya.

Perjumpaan dengannya bukanlah sebuah kesengajaan. Sebagai bagian dari orang yang lalu lalang di depannya, saya merasa tertarik dengan cara beliau menjajakan koran. Sebagian loper hanya akan meneriakkan judul headline hari itu, tapi tidak Mang Dadang. Beliau dapat dengan fasih berbicara dan menganalisa isi berita hari itu, yang masih hangat dengan kejadian seputar bencana alam.

Pembicaraan Mang Dadang tidak sekedar masalah bencana, tapi mulai menjalar ke persoalan-persoalan birokrasi dan pertahanan negara. Beliau menjelma dari seorang loper koran menjadi sesosok manusia besar yang memiliki pengetahuan luas dengan kekayaan batin yang luar biasa. Tak ketinggalan pula sikap kritis dalam dirinya.

Setiap pembicaraannya selalu diikuti dengan “rumus”, demikian istilah beliau untuk menyebut solusi atas setiap permasalahan yang dibicarakannya. Semangat untuk memecahkan masalah begitu besar dalam dadanya.

Larut dalam pembicaraannya, saya mencoba memancing dengan menyalahkan birokrasi, pejabat dan lain sejenisnya untuk mencari kambing hitam bagi ketidakmampuan masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri. Beliau berkata dengan tenang dan pasti, harus ada regenerasi birokrasi. Setiap birokrat harus betul-betul mengerti permasalahan yang menjadi bidang tugasnya, jangan sampai sarjana pertanian mengurusi persoalan hukum, sarjana hukum malah ngurusi perdagangan. Saya tertawa dan berkata, “Iyalah Mang, jangan-jangan nanti malah menanam hukum supaya berbuah, dan si ahli perdagangan justru jual hukum”.

Begitu besar beliau di depan mata ini. Seorang penjual koran eceran di sebuah stasiun bis antar kota di salah satu pojok Kota Bandung.

Yang membuatnya membesar adalah kepedulian, yang membuatnya menjadi raksasa adalah keinginan kuat untuk mencari penyelesaian atas sebuah persoalan. Mungkin ini selaras dengan semangat mencari solusi yang selalu dikumandangkan oleh Aa Gym.

Diakhir pertemuan singkat tersebut, Mang Dadang membuat saya tersentak dengan pertanyaannya. “Dik, apa rumus Adik untuk membangun daerah ?”. Saya menjawab, “Waduuh, maar Mang, bis saya sudah datang, saya harus berangkat. Mudahan kita akan ketemu lagi”.

Jabat tangan kami mengakhiri pertemuan sore itu dengan menyisakan sebuah pertanyaan. Dengan ucapan salam saya tinggalkan Mang Dadang dan Mang Dadang kembali kepada rutinitasnya. “Koran... koran... pada halaman 5 bisa dibaca soal ...”

No comments: